Ada seorang teman bercerita tentang apa yang dia lihat beberapa minggu yang lalu. Ketika itu ada sebuah rapat kecil yang diadakan oleh sekelompok mahasiswa, sepertinya mereka akan mengadakan sebuah acara. Salah seorang dari mereka kemudian mengusulkan seperti ini "Teman-teman, sebelum mulai rapatnya, yuk kita baca Alqur'an dulu, dikit aja....,". Sampai di sini, sepertinya tidak ada yang salah. Namun yang mengejutkan justru reaksi dari peserta rapat yang lain. Ada yang berkata "Ah, g usah, ini waktunya mepet banget". Bahkan ada yang berkata "Hei, ustadz fulan, ini bukan pengajian, tapi kita mau rapat, kalau mau ngaji ntar aja di masjid, udah mulai aja". Lalu terdengar beberapa orang yang tertawa demi mendengar komentar yang terakhir ini...,
Rasanya, kejadian seperti ini bukan yang pertama dilihat atau didengar. Tanpa bermaksud untuk menyudutkan orang lain atau profesi apapun, sering kita melihat penumpang angkot atau supir angkot yang tertawa dikulum ketika melihat Ibu-ibu paruh baya yang berkali-kali mengucapkan asma Allah ketika angkot terlalu kencang, atau ketika ibu-ibu ini kesulitan untuk naik atau turun angkot.
Juga Plesetan-plesetan seperti Assalamu'alaikum wr wb menjadi AssalamuILoveU dan berbagai plesetannya. Atau seperti MasyaAllah yang berubah menjadi masaoloh, dan sebagainya. Atau juga bahan olok-olok seperti: "Wah, kalau si fulanah sih ngucapnya Subhanallah, Alhamdulillah...,g kayak kita, kalo kaget yang di bilang ****** , hahahaha" dan lain sebagainya.
Kita berbaik sangka saja, mungkin mereka-mereka ini bermaksud untuk bercanda. Tetapi tetap saja, KALIMAT ALLAH BUKAN UNTUK BAHAN OLOK-OLOK ATAU BERCANDA. Bukannya kaku, akan tetapi, bagaimana mungkin, Allah dengan segala keMahaanNya bisa menjadi bahan candaan buat kita yang disisi Allah thu g lebih dari butiran debu -lebih kecil daripada sarok-sarok kuaci-yang benar-benar tergantung nasibnya pada Allah. Gimana mungkin, Allah yang mengizinkan kita menghirup udara dengan bebas, hingga bisa hidup dan beraktivitas, menjadi bahan candaan????
Lalu kejadian seperti cerita rapat di atas. Kenapa sih usul seperti itu harus ditertawakan??? teman itu hanya berusaha mengingatkan kita yang mungkin lupa. kan sesama muslim bersaudara, ada hadistnya lho...., ada gambarnya pula ^_^
Lagipula, coba dipikir-pikir lagi. Kita hidup di dunia ini mau ngapain sih, selain mengaharap Ridho dan CintaNya Allah. Mau rapat seribu kali juga kalo Allah g ridho, acara yang di angkatkan pasti ga baik. Entah itu jalan acaranya, efek dari acaranya, dan sebagainya. Dan maksud dari mahasiswa yang mengusulkan untuk membaca Alquran tadi, jelas supaya Allah Ridho dengan rapat mereka, dengan usaha mereka.
Trus balik lagi ke masalah plesetan. Lebih dari itu, ketika kita juga ikut-ikutan menggunakan plesetan-plesetan itu, sadar atau g sadar, kita sudah mengajak orang lain untuk melakukan hal yang sama. Dan jika berdosa, dosanya mirip sistem MLM (Multi Level Marketing). Makin banyak yang menggunakan plesetan, makin banyak dosa, hiiiiiiiii ngeri g tuh??
ngeri lahh..... dosa yang g bersistem MLM aja udah banyak.
Ya...., selain itu, saia sendiri merasa miris. Bisa-bisanya sesama muslim mentertawakan saudaranya cuma karena diajak baca Alquran.Yang paling miris dan menyakitkan lagi, terkadang ada yang berusaha menggagalkan usaha saudaranya untuk berdakwah. Secara langsung maupun g langsung. Padahal, Muslim itu kan bersaudara, Muslim itu seperti satu tubuh. Yang sakit kepala, tapi perut juga ikutan sakit.
Banyak hal yang di anggap biasa, tapi efeknya luar biasa buruk. g semua yang biasa terjadi dan banyak terjadi itu benar. Kita mungkin g bisa untuk menghentikan orang-orang dari tindakan-tindakan di atas, tapi setidaknya, kita sendiri, dengan mengajak orang-orang terdekat kita, bisa segera menghindari perbuatan-perbuatan di atas.
0 komentar:
Posting Komentar